Jumat, 11 Desember 2009

Akidah dan Amalan Yahudi yang Ditiru oleh Sebagian Muslimin

Di antara amalan dan keyakinan Yahudi yg diikuti sebagian muslimin:

1. Ghuluw
Ghuluw arti melampaui batas. Adapun dlm syariat arti adl melampaui batas dlm memuji dan mencela.
Ghuluw terjadi dlm masalah aqidah ibadah muamalah maupun adat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُوا فِي دِيْنِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ
“Katakanlah: ‘Hai ahli kitab janganlah kalian berbuat ghuluw dgn cara tdk benar dlm agama kalian’.”
Di antara bentuk ghuluw kaum Yahudi adl mengkultuskan dan menyembah manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tantang perbuatan Yahudi dan Nasrani:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ
“Mereka menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai rabb selain Allah.”
Mereka mengkultuskan ‘Uzair sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ
“orang2 Yahudi berkata: ‘Uzair adl anak Allah. ’ orang2 Nasrani berkata: ‘Al-Masih adl anak Allah.’ Itulah ucapan yg diucapkan mulut-mulut mereka menyerupai ucapan orang2 kafir sebelum mereka.”
Kemudian muncul di kalangan muslimin orang2 yg ghuluw terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang2 shalih. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ
”Janganlah kalian mengultuskan aku sebagaimana orang2 Nasrani mengultuskan Isa ibnu Maryam.”
Di kalangan umat ini ada kelompok Sufi yg mengkultuskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengklaim bahwa beliau mengetahui ilmu ghaib. Bahkan sebagian mereka menyatakan semua makhluk diciptakan krn Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan tentang hikmah diciptakan jin dan manusia:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali utk beribadah kepada-Ku.”
Demikian juga kelompok Syi’ah yg mengkultuskan orang2 yg mereka anggap sebagai imam mereka. Di antara bentuk pengkultusan mereka adl meyakini bahwa imam mereka ma’shum dan mengetahui perkara ghaib.
Khomeini berkata: “Sesungguh termasuk perkara yg penting dlm madzhab kami bahwasa para imam memiliki kedudukan yg tdk bisa dicapai oleh malaikat muqarrabun ataupun nabi yg diutus.”
Dalam kitab sesat mereka Al-Kafi disebutkan: “Bab: Para imam mengetahui apa yg telah dan akan terjadi serta tdk ada sesuatupun yg tersembunyi bagi mereka.”
Inilah ucapan-ucapan kufur yg menunjukkan ghuluw kaum Syi’ah terhadap orang2 yg mereka anggap sebagai imam.

2. Mentahrif Kalamullah
Tahrif makna memalingkan ucapan dari makna yg dzahir kepada makna lain yg tdk ditunjukkan oleh konteks kalimat tanpa ada dalil yg menunjukkannya.
Tahrif ada dua macam: tahrif lafdzi dan tahrif maknawi.
Tafrif lafdzi ada tiga macam:
a. Mengubah harakat seperti mereka mentahrif firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَكَلَّمَ اللهُ مُوْسَى تَكْلِيْمًا
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung.”
mereka membaca dgn me-nashab-kan lafzhul jalalah sehingga dibaca: اللهَ sehingga makna Nabi Musa lah yg berbicara kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
b. Menambah satu huruf seperti tahrif yg dilakukan ahlul bid’ah terhadap kata: اسْتَوَى mereka tahrif menjadi اسْتَوْلَى .
c. Menambah satu kata seperti tahrif yg mereka lakukan dlm firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: وَجَاءَ رَبُّكُ menjadi وَجَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ .

Tahrif maknawi adl mengubah makna suatu kata tanpa mengubah harakat atau lafadznya. Sebagai contoh mereka memaknakan: يَدُ اللهُ dgn makna kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tahrif adl perbuatan orang2 Yahudi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka:
مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ
“Di antara orang Yahudi ada yg mentahrif firman Allah dari makna yg benar.”
Di antara bentuk tahrif Yahudi ketika mereka diperintah utk mengucapkan حِطَّةٌ mereka malah mengucapkan حِنْطَةٌ .
Di kalangan umat ini muncul kelompok-kelompok yg men-tahrif firman Allah Subhanahu wa Ta’ala utk mendukung kebid’ahan dan aqidah mereka yg rusak seperti Mu’tazilah Asy’ariyah Maturidiyah dan ahlul bid’ah lainnya. Mereka melakukan tahrif lafdzi dan maknawi yg telah diterangkan di atas.

3. Menjadikan kuburan sebagai masjid
Di antara sebab dilaknat Yahudi dan Nasrani adl menjadikan kuburan sebagai masjid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
“Allah melaknat Yahudi dan Nasrani krn mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umat dari perbuatan yg demikian. Beliau pernah berkata:
اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ
“Ya Allah janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yg disembah.”
Namun muncul orang2 Sufi dan semisal mereka –seperti Rafidhah dan lainnya– yg mengagungkan kuburan-kuburan dan menyembahnya. Mereka melakukan haul thawaf dan berbagai macam ritual yg tdk diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata: “Di antara bentuk ghuluw kepada kuburan dan penghuni kubur adl mendirikan bangunan di atas kuburan memberi lentera meletakkan kelambu pada menulisi nisan mengapur serta bentuk ghuluw lainnya. Oleh krn itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang semua perbuatan ini.”

4. Berloyalitas kepada musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang perbuatan Bani Israil :
تَرَى كَثِيْرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُوْنَ
“Kamu melihat kebanyakan dari mereka berwala’ kepada orang2 yg kafir . Sesungguh amat buruklah apa yg mereka persiapkan bagi diri mereka yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dlm siksaan.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengharamkan berloyalitas dgn orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ
“Hai orang2 yg beriman janganlah kamu menjadikan orang2 Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin ; sebagian mereka adl pemimpin bagi sebagian yg lain. Barangsiapa di antara kamu berwala’ kepada mereka mk sesungguh orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguh Allah tdk memberi petunjuk kepada orang2 yg zalim.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kaum muslimin melakukan perbuatan seperti Yahudi yaitu berloyalitas dan cinta kepada orang2 kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لاَ يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكَافِرِيْنَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِي شَيْءٍ إِلاَّ أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً
“Janganlah orang2 mukmin menjadikan orang2 kafir sebagai pemimpin dgn meninggalkan orang2 mukmin. Barangsiapa berbuat demikian niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali krn memelihara diri dari sesuatu yg ditakuti dari mereka.”
Jelaslah bahwa memusuhi dan berlepas diri dari orang kafir dan agama mereka adl wajib. Prinsip al-wala` wal bara` termasuk kewajiban dlm Islam yg paling besar.
Namun di umat ini ada Syi’ah Rafidhah dan kaum Sufi yg sering membuka hubungan dan ber-wala` dgn orang kafir. Mereka tdk segan-segan berkhianat utk membantu orang kafir dlm menghadapi muslimin. Pengkhianatan yg pernah mereka lakukan merupakan satu di antara sekian banyak sejarah kelam mereka.
Seorang tokoh Rafidhah bernama Nashir At-Tushi membuat bait-bait syair menyanjung Al-Mu’tashim salah seorang pemimpin dari Bani Abbasiyyah. Tetapi ketika pemimpin Tartar Hulagu Khan punya kesempatan utk membunuh ia pun memberikan isyarat utk membunuhnya. Pengkhianatan inipun melibatkan seorang Rafidhah lain yg bernama Ibnu Alqami. Dialah yg menyarankan Al-Mu’tashim utk mengurangi pasukan sehingga Hulagu leluasa membunuhnya.

5. Sihir
orang2 Yahudi termasuk orang2 yg menggunakan sihir bahkan salah seorang mereka telah menyihir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka telah membuang apa yg dibawa para rasul lalu beriman kepada kitab-kitab sihir sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan:
وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُوْلٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيْقٌ مِنَ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللهِ وَرَاءَ ظُهُوْرِهِمْ كَأَنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ. وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِيْنُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِيْنَ كَفَرُوا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yg membenarkan apa yg ada pada mereka sebagian orang2 yg diberi Kitab melemparkan Kitab Allah ke belakang - seolah-olah mereka tdk mengetahui . Dan mereka mengikuti apa yg dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman padahal Sulaiman tidaklah kafir . Ha setan-setanlah yg kafir . Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.”
Amalan Yahudi yg kufur inipun diikuti oleh sebagian orang yg menisbatkan diri kepada Islam. Sebagian mereka mendalami ilmu sihir dan menjauhkan diri dari ilmu agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

6. Beriman kepada sebagian ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengingkari sebagian yg lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menerangkan sebagian sifat Yahudi:
أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ
“Apakah kalian beriman kepada sebagian kitab dan mengingkari sebagiannya?”
Mereka tdk beriman kecuali yg sesuai dgn hawa nafsu mereka. Padahal keimanan mereka kepada sebagian ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah bermanfaat bagi mereka jika mendustakan yg lainnya.
Asy-Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah berkata: “Termasuk orang yg mengingkari sebagian ayat adl orang yg menyatakan Al-Qur`an adl makhluk baik lafadz dan maknanya. Atau menyatakan: Lafadz makhluk adapun makna bukan; seperti ucapan Asy’ariyah. Ini semua adl ucapan yg mendustakan Al-Qur`an. Barangsiapa yg menyatakan Al-Qur`an adl makhluk baik lafadz dan makna sebagaimana ucapan Jahmiyah; atau menyatakan bahwa lafadz makhluk sedangkan makna dari Allah Subhanahu wa Ta’ala inipun kufur. Kecuali jika yg mengucapkan adl seorang muqallid atau muta`awil mk dia telah sesat. Karena Al-Qur`an adl Kalamullah baik lafadz dan maknanya. Huruf-huruf dan makna semua adl Kalamullah”

7. Ta’ashub
Di antara sifat Yahudi adl ta’ashub kepada madzhab yg batil. Mereka berkata sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَلاَ تُؤْمِنُوا إِلاَّ لِمَنْ تَبِعَ دِيْنَكُمْ
“Janganlah kalian percaya kecuali kepada orang yg mengikuti agama kalian.”
Dalam ayat lain:
نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا
“Kami beriman kepada kitab yg diturunkan kepada kami.”
Yakni kepada kitab yg turun kepada nabi-nabi kami saja.
Padahal kewajiban mereka adl beriman kepada apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada nabi mereka dan nabi yg selain dari mereka. Hakikat mereka pun tdk beriman kepada apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada nabi mereka. Oleh krn itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلِمَ تَقْتُلُوْنَ أَنْبِيَاءَ اللهِ
“Mengapa kalian membunuh nabi-nabi Allah?”
Yakni apakah yg Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada kalian adl ajaran membunuh para nabi seperti yg kalian lakukan?
Amalan Yahudi inipun diikuti oleh sebagian kaum muslimin. Sebagian mereka fanatik kepada madzhab atau kelompok tertentu tanpa ada dalil. Bahkan dlm hal yg menyelisihi dalil Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

8. Hiyal
Di antara amalan Yahudi yg tercela adl melakukan hiyal dlm rangka menolak apa yg dibawa para rasul serta menyelamatkan kekufuran dan kesesatan mereka. Hal ini mereka lakukan krn tdk mampu menolak secara terang-terangan sehingga mereka melakukan makar secara tersembunyi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ
“orang2 kafir itu membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah dan menang dlm perang Badr orang Yahudi tdk mampu menghalangi manusia dari agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka pun melakukan hiyal dan makar. Sekelompok mereka berkata: “Masuk Islamlah kalian di awal siang jika sudah di akhir siang murtadlah kalian dari Islam. Ucapkanlah oleh kalian: ‘Tidak kami dapati kebaikan di dlm agama Muhammad’ niscaya manusia mengikuti langkah kalian krn kalian adl ahlul kitab. Allah Subhanahu wa Ta’ala membongkar makar mereka ini dlm firman-Nya:
وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمِنُوا بِالَّذِي أُنْزِلَ عَلَى الَّذِيْنَ آمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آخِرَهُ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Sekelompok ahli kitab berkata: ‘Perlihatkanlah kalian beriman kepada apa yg diturunkan kepada orang2 beriman pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhir supaya mereka kembali ’.”
Di antara bentuk hiyal dan makar Yahudi adl ketika mereka dilarang mengambil ikan di hari Sabtu. mk mereka memasang jaring di hari Jum’at dan mengambil setelah Sabtu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُوْنَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيْهِمْ حِيْتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لاَ يَسْبِتُوْنَ لاَ تَأْتِيْهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوْهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُوْنَ
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yg terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu di waktu datang kepada mereka ikan-ikan mereka terapung-apung di permukaan air dan di hari-hari yg bukan Sabtu ikan-ikan itu tdk datang kepada mereka. Demikianlah kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.”
Inilah beberapa aqidah dan amalan kaum Yahudi yg Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan kepada kita kami sebutkan agar kita menjauhinya. Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Dahulu para sahabat berta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan adapun aku berta kepada tentang kejelekan krn khawatir akan menimpaku.”
Seorang penyair berkata:
عَرَفْتُ الشَّرَّ لاَ لِلشَّرِّ وَلَكِنْ لِتَوَقِّيْهِ
وَمَنْ لَمْ يَعْرِفِ الْخَيْرَ مِنَ الشَّرِّ وَقَعَ فِيْهِ
Aku kenal kejelekan bukan utk melakukan namun utk menjauhinya
Siapa yg tdk kenal kebaikan dari kejelekan tentu akan terjerumus padanya
Sebetul masih banyak kesesatan yg dilakukan sebagian orang yg menisbatkan diri mereka kepada Islam seperti ucapan sesat orang2 Syi’ah bahwa Al-Qur`an telah diubah. Ini juga ucapan yg pernah dilontarkan kaum Yahudi .
Demikian juga talbis yg banyak dilakukan ahlul bid’ah merupakan warisan Yahudi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Dan janganlah kalian campur adukkan yg haq dgn yg batil dan janganlah kalian sembunyikan yg haq itu sedang kalian mengetahuinya.”

Mudah-mudahan apa yg kami tulis ini bermanfaat. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufiq kepada kita utk menjauhi jalan-jalan kesesatan Yahudi dan orang kafir lainnya.
Wa akhiru da’wana anilhamdulillahi rabbil ‘alamin.

penulis Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak

Sumber: www.asysyariah.com

Sabtu, 21 November 2009

Lebih Yang Tak Seharusnya

Pandanglah sesekali ke atas langit saat dirimu merasa hebat tiada batas. Merasa lebih dari sekedar biasanya. Mungkin riya’ menyandera jiwa, atau takabburmenggemuruh mengancam jiwa, atau ujub yang tak bisa dibendung. Sehingga dengan lebih itu, kita merasa lebih mulia dari manusia lainnya.

Pandanglah langit sesekali pada merah atau hitamnya kelak. Langit selalu saja rendah hati. Dan langit selalu memberikan pelajaran. Ia tak pernah menampakkan kehebatannya. Apalagi menyombongkan ketinggiannya di luar perintahNya. Padahal langit sudah sedemikian tinggi.Begitu sejuk saat memandang langit pagi. Begitu biru dan putih memancarkan warna serasi dan mencerahkan mata. Dan langit senja, tak kalah harmoni dengan kilauan bintang gemintang nan penuh cahaya. Semua begitu pas. Tak kurang apalagi berlebih. Mereka sinergi.

Manusia begitu rendah menetap di dunia. Namun sering merasa lebih tinggi dari sekedar langit milikNya. Bahkan dalam sebuah sujud kerendahan, kita dipayungi langit keagunganNya. Ada sebuah syair indah yang ditorehkan Ustadz Rahmat Abdullah, semoga Allah SWT mengasihi beliau :

Merendahlah,
engkau kan seperti
bintang gemintang
berkilau dipandang orang
di atas riak air
dan sang bintangpun jauh tinggi
janganlah seperti asap
yang mengangkat diri tinggi di langit
padahal dirinya rendah hina.

Padahal, kerapkali kita berperilaku seperti asap. Meninggikan dan merasa diri begitu mulia. Tak ingin sedikitpun kemulian yang kita anggap ada itu sirna dari diri. Dengan ketinggian yang kita agungkan, sesungguhnya menyimpan kehinaan yang tercium di balik kerendahan terbangnya.

Berharap begitu besar akan pujian di sekeliling kita terhadap semua yang kita lakukan, namun tak pernah di dapat. Semakin berharap, semakin pula bau asap yang menyesakkan dada itu tercium.

Namun amat berbeda dengan bintang gemintang yang begitu tinggi di sana. Bercahaya bertahtakan sinar mulia sebagai kekasihNya. Hati, terkadang tak pernah bernilai bila selalu bergantung pada sebuah ketinggian yang semu dan sementara.

Padahal, ada sebuah atap langit milikNya tempat semua doa dan cita mengudara, dimana semua hati yang terpilih, mendekap ketinggian hakiki bersama kemuliaan akhlaq yang melahirkan kezuhudan dan keikhlasan yang luar biasa. Wallahu’alam


Lisan Kita…, Untuk Apakah?

Lisan merupakan bagian tubuh yang paling banyak digunakan dalam keseharian kita. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga lisan kita. Apakah banyak kebaikannya dengan menyampaikan yang haq ataupun malah terjerumus ke dalam dosa dan maksiat.

Pada berbagai pertemuan, seringkali kita mendapati pembicaraan berupa gunjingan (ghibah), mengadu domba (namimah) atau maksiat lainnya. Padahal, Alloh Subhanahu wa Ta’ala melarang hal tersebut. Alloh Subhanahu wa Ta’alamenggambarkan ghibah dengan suatu yang amat kotor dan menjijikkan. AllohSubhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, ”Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik dengannya.” (QS: Al-Hujurat: 12)

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan makna ghibah(menggunjing) ini. Beliau bersabda, yang artinya: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Mereka menjawab, “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui” Beliau bersabda, yang artinya: “Engkau mengabarkan tentang saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu memang terdapat pada saudaraku?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika ia tidak terdapat padanya maka engkau telah berdusta atasnya.” (HR: Muslim)

Yang terdapat pada diri seorang muslim, baik tentang agama, kekayaan, akhlak, atau bentuk lahiriyahnya, sedang ia tidak suka jika hal itu disebutkan, dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok. Banyak orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Alloh Subhanahu wa Ta’ala ia adalah sesuatu yang keji dan kotor. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya.”(As-Silsilah As-Shahihah, 1871)

Wajib bagi orang yang hadir dalam majelis yang sedang menggunjing orang lain, untuk mencegah kemunkaran dan membela saudaranya yang dipergunjingkan. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan hal itu, sebagaimana dalam sabdanya, yang artinya: “Barangsiapa membela (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Alloh akan menghindarkan api Neraka dari wajahnya.” (HR: Ahmad)

Demikian pula halnya dalam mengadu domba (namimah). Mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara keduanya adalah salah satu faktor yang menyebabkan terputusnya ikatan, serta menyulut api kebencian dan permusuhan antar manusia. Alloh mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firmanNya, yang artinya: “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari menghambur fitnah.” (QS: Al-Qalam: 10-11).

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Tidak akan masuk surga al-qattat (tukang adu domba).” (HR: Bukhari).

Ibnu Atsir menjelaskan, “Al-Qattat adalah orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan), tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada orang lain dengan tujuan mengadu domba.” (An-Nihayah 4/11)

Oleh karena itu ada beberapa hal penting perlu kita perhatikan dalam menjaga lisan. Pertama, hendaknya pembicaraan kita selalu diarahkan ke dalam kebaikan. Alloh Subhaanahu wa Ta’ala berfirman, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS: An-Nisa: 114)

Kedua, tidak membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagi diri kita maupun orang lain yang akan mendengarkan. Rosululloh shollallaahu ‘alaihi wa sallambersabda, yang artinya: “Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” (HR: Ahmad dan Ibnu Majah)

Ketiga, tidak membicarakan semua yang kita dengar. Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu berkata, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:“Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR: Muslim)

Keempat, menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kita berada di pihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda.” (HR: Abu Daud dan dihasankan oleh Al-Albani)

Kelima, Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah rodhiallohu ‘anhaberkata, “Sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam apabila membicarakan suatu hal, dan ada orang yang mau menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya” (HR: Bukhari-Muslim).

Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga diri kita, sehingga diri kita senantiasa berada dalam kebaikan. Wallohu’alam.

Produk kami









Jumat, 20 November 2009

Cara Pembelian dan Pembayaran

Pembelian min 3 pcs

Anda juga bias memesan via SMS caranya: Ketik, PESAN Model barangJumlah pemesanan Alamat kirim.Kirim SMS Anda ke 081219328692 Ongkos kirim di tanggung pemesan. Minimal pengiriman 3 item.Kami juga menerima pesanan Grosir partai besar untuk grosir (minimal 40 pcs dengan potongan harga Rp.5.000,-/pcs). Kami juga menerima seragam Pengajian dan lain2.
Pembayaran dapat melalui rekening kami di nomor.
BCA: 6470257600 a/n. Olivia Maria
BNI: 0151041669 a/n. Bambang Hartoyo
BSM : 0867014712 a/n. Bambang Hartoyo